alexametrics

Pesan Moral Ibadah Haji

Oleh M. ZAINUDDIN *)
13 Juni 2022, 19:48:31 WIB

SAAT ini jemaah calon haji Indonesia dari berbagai daerah sudah mulai diberangkatkan ke Tanah Suci Makkah al Mukarramah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Setelah tertunda dua tahun tidak dapat berangkat karena pandemi Covid-19. Tahun ini Indonesia akan memberangkatkan jemaah haji dengan kuota 100.051 orang. Angka itu terdiri atas 92.825 kuota haji reguler dan 7.226 kuota haji khusus. Perincian tersebut telah diatur melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 405/2022 tentang Kuota Haji Indonesia Tahun 1443 Hijriah/2022 yang ditandatangani Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada 22 April 2022.

Dalam sambutan saat acara pemberangkatan, Menteri Yaqut berpesan agar para jemaah calon haji menata niat yang benar. Yakni, hanya semata-mata beribadah karena Allah Ta’ala. Selain itu, juga harus tetap memperhatikan kesehatannya karena cuaca panas yang ekstrem. Di samping itu, tetap menjaga protokol kesehatan karena pandemi Covid-19 belum sepenuhnya dinyatakan berakhir secara menyeluruh.

Nilai Kemanusiaan Ibadah

Islam adalah agama sempurna (kaffah) yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Bahkan tidak hanya mengatur manusia, tapi juga seluruh isi alam ini. HAR Gibb, seorang Islamisis Barat, juga mengakui bahwa Islam tidak hanya mengatur urusan relasi teologis manusia dengan Tuhannya. Namun, juga mengatur sistem peradaban yang komplet. Dalam sistem ajaran Islam, seluruh perintah (al-amr) dan larangan (al-nahy) dapat dipastikan mengandung nilai kemaslahatan manusia.

Misal, ketika Tuhan memerintah hamba-Nya untuk menunaikan haji, seluruh perintah itu mengandung kebaikan kolektif. Demikian sebaliknya jika Tuhan melarang suatu hal, maka jika dilanggar dipastikan akan membawa kerugian tidak hanya pada dirinya, namun juga untuk orang lain.

Perintah berpuasa Ramadan misalnya, jika dilihat dari kaidah ushul, mengandung makna pengulangan setiap tahunnya (al-amr lil wujub yaqtadhi at-tikrar). Meskipun puasa Ramadan diwajibkan hanya setahun sekali, dampak kebaikannya harus berlangsung terus-menerus. Ibadah formalnya memang dilaksanakan setahun sekali sepanjang bulan Ramadan, tetapi dampak informalnya harus tampak dalam kehidupan sehari hari. Inilah sesungguhnya arti pentingnya ibadah mahdhah. Apalagi salat yang diwajibkan lima kali dalam sehari. Semuanya harus berdampak positif pada kehidupan sehari-hari. Maka, Allah menegaskan dalam konteks salat: Innas shalata tanha an al-fakhsha’ wa al-munkar bahwa salat itu dapat mencegah keburukan dan kemunkaran. Demikian juga ibadah haji.

Perintah ibadah haji berlaku bagi setiap orang yang mampu, baik secara fisik maupun finansial. Dan kewajiban atas perintah ini berlaku hanya sekali untuk seumur hidup atau tidak berulang. Namun yang perlu diketahui, nilai dan dampak dari seluruh perintah ibadah dalam ajaran Islam itu mesti melekat dalam diri seorang muslim.

Dalam konteks ibadah haji, sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah (QS Al-Baqarah:197) bahwa para pelaku ibadah haji dilarang untuk berkata-kata jorok (rafats), berbuat maksiat (fusuq), dan bertengkar (jidal). Nah, perintah ini berlaku tidak hanya saat melaksanakan haji, namun berlaku seterusnya. Tiga perilaku terlarang tersebut seharusnya tetap dihindari hingga pascaibadah haji atau hingga kembali ke negaranya masing-masing. Karena inilah di antara pesan moral dalam ibadah haji.

Ibadah haji juga ada kaitannya dengan era globalisasi yang telah dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya (QS Al-Hujurat: 13). Dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa Dia telah menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan mereka berbangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Lalu dalam QS Al-Haj: 27–28 Allah memerintah Nabi Ibrahim untuk menyeru manusia (umatnya) mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang dengan berjalan kaki atau mengendarai unta, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh supaya mereka juga menyaksikan berbagai manfaat dan menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.

Kita tidak pernah membayangkan jika ternyata saat ini manusia dari berbagai belahan dunia, suku, dan bangsa dapat saling mengenal satu sama lain. Semua itu berkat tingkat berpikir manusia yang kemudian melahirkan ilmu dan teknologi berupa produk transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Beragam alat transportasi itu dapat memudahkan manusia lalu-lalang melintas antarbenua dan negara. Kita juga tidak pernah membayangkan bahwa antarsuku dan bangsa saat ini dapat dengan mudah berinteraksi melalui teknologi informasi, bahkan saling mengenal dan berjodoh. Inilah yang disebut dalam Alquran surah Al Hujurat ayat 13 itu.

Kita juga tidak dapat membayangkan bahwa saat ini orang-orang Arab dan non-Arab pada saat musim haji berdatangan dengan mengendarai unta maupun kendaraan lainnya dari berbagai penjuru dunia untuk melaksanakan ibadah haji. Di antara mereka saling mengenal dan menyaksikan berbagai manfaat yang mereka peroleh. Inilah yang disebutkan oleh Allah dalam Alquran surah Al-Haj: 27–28 empat abad silam jauh sebelum era digital dan 4.0 ini.

Editor : Dhimas Ginanjar

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads