Slamet, Slamet ORCID: https://orcid.org/0000-0001-5583-5425 (2022) Organisasi adaptif dalam era digital. Empatdua Media (Kelompok Intrans ), Malang. ISBN 978-623-5851-02-0 UNSPECIFIED : UNSPECIFIED. (Unpublished)
Text
10528.pdf - Published Version Download (122MB) |
Abstract
Abad informasi atau era digital betul-betul telah mengubah kehidupan umat manusia seluruh dunia secara dramatis. Mulai dari perubahan pola pikir, budaya individu/organisasi, cara orang bekerja, bersosial, demografi, penyelenggaraan pemerintahan, sistem operasional dan manajemen organisasi, sistem pelayanan publik, hingga kegiatan ekonomi yang dilakukan selama 24 jam per minggu, dilakukan kapan saja dan dimana saja serta terintegrasi secara global. Munculnya istilah dan konsep ekonomi digital merupakan akibat dampak dari aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan selama 24 jam per minggu dan bertransaksi kapan saja dan dimana saja. Era digital merupakan gambaran kehidupan umat manusia yang tergantung dengan berkembangnya Information Communication and Technology (ICT) dan segala infratruktur pendukung. Perubahan ini tidak pernah diramalkan jauh sebelum tahun 1990-an. Awal tahun 1990-an, John Naisbit pernah meramalkan dalam bukunya “Mega Tren 2000”, menyatakan tahun 2000 dunia hanya digerakkan atau ada dalam genggaman jari (finger) manusia. Ramalan John Naisbit saat ini betul-betul terbukti. Tahun 2000-an merupakan fenomena yang terdirupsi (disrupted) oleh fenomena yang tidak pernah terbayangkan jauh sebelum ini. Dampak Pandemi Covid-19, nampak dengan jelas fenomena disrupsi (disruption) dalam kehidupan manusia. Key driver disrupsi yaitu berkembanganya dan semakin canggihnya ICT yang didukung dengan jaringan internet yang tersambung ke seluruh dunia. Hampir semua aktivitas manusia hari ini dapat dilakukan secara digital, mulai dari berbelanja, belajar, bertransaksi, berkomunikasi, berbisnis, bermain, mencari hiburan, hingga mencari jodoh. Dengan demikian, dunia telah terdisrupsi dengan keadaan baru. Cunsumer/ customer/stakeholder/public dalam era digital memiliki akses ke sejumlah pelayanan dan produk secara digital yang sebelumnya hanya tersedia secara fisik.
Disinilah kemudian manajer/pimpinan organisasi korporasi dan publik harus melakukan pergeseran paradigma (paradigm shift). Jika para manajer/pimpinan organisasi ingin maju, maka mau-tidak-mau harus melakukan pergeseran paradigmanya. Hanya saja, sebagian besar organisasi – khususnya organisasi publik – hari ini masih banyak dikuasai oleh generasi Baby Boomer atau generasi X. Mohon maaf, generasi ini nampaknya lebih banyak menjaga kenyamanan dibandingkan dengan kemajuan. Kalau ingin maju, maka harus meninggalkan kenyamanan untuk sementara waktu. Tetapi, jika masih mempertahankan kenyamanan, jangan berharap mendapatkan kemajuan. Kemajuan dan kenyamanan dalam teori tidak bisa ketemu dalam satu titik tertentu. Dalam organisasi bisnis, khususnya, consumer/customer telah dikuasai oleh generasi millennials. Mereka ini memiliki pola pikir, budaya, dan demografi yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Oleh sebab itu, manajer/pimpinan organisasi bisnis dan/atau organisasi publik harus menyadari kondisi ini. Jika tidak memiliki kesadaran bahwa telah terjadi pergeseran peradaban dan generasi, maka akan ditinggalkan oleh consumer/customer, dalam kontek organisasi publik tidak akan pernah memperoleh kinerja dan reputasi yang positif dimata publik. Demikian, untuk merepon kehidupan umat manusia yang telah terdirupsi oleh keadan yang benar-benar baru, sekaligus memajukan organisasi, dan pada saatnya menikmati kenyamanan, maka satu kata yang difikirkan yaitu melakukan transformasi.
Memang transformasi tidaklah mudah dan beresiko, tetapi itulah sebuah konsekuensi logis yang harus dilakukan akibat kehidupan manusia yang telah terdirupsi. Transformasi merupakan perubahan yang dilakukan secara menyeluruh atau secara totalitas, baik secara sistem organisasi maupun yang menyangkut pola pikir, budaya, dan sikap orang-orang dalam organisasi. Namun, tidak banyak organisasi yang berani mengambil resiko akibat melakukan transformasi. Sebagian besar, khususnya organisasi publik, tidak berani melakukan transformasi, tetapi mereka hanya melakukan perubahan secara parsial. Disinilah kemudian, muncul berbagai kegagalan dalam melakukan transformasi. Dalam era digital, transformasi yang harus dilakukan adalah transformasi organisasi digital atau transformasi digital. Yang mana, ia merupakan proses merubah business process secara mendasar dalam rangka mengintegrasikan ICT pada seluruh lini sistem organisasi berdasarkan business model. Dengan transformasi digital bisa jadi menghasilkan business model yang baru. Tetapi yang perlu diingat adalah transformasi digital bukan sekedar menambah ICT dalam manajemen organisasi, tetapi dengan transformasi digital diharapkan mampu mengubah sistem organisasi yang lebih efektif, efisien, produktif, dan berfokus kepada cunsomer/customer/public yang memiliki pola pikir, budaya, demografi, dan sikap yang berbeda sebelum era digital. Dengan demikian menjadi penting manajer/pimpinan organisasi untuk melakukan transformasi untuk menuju kesuksesan yang baru.
Organisasi yang sukses dan survive dalam era digital adalah organisasi yang adaptif dan tangkas dengan perubahan serta real-time dalam pelayanan. Oleh sebab itu, manajer/pimpinan organisasi harus mengembangkan sistem secara strategis, berfokus pada consumer/customer/public, re-strukturisasi business process, perbaikan secara terus menerus (impromvement continuous), melakukan inovasi secara kreatif, terintegrasi, dan berfikir secara global berdasarkan metodologi digital. Organisasi yang adaptif dapat dilakukan ketika manajer/pimpinan organisasi mampu membaca isu-isu strategis yang berkembang saat dan tren yang mungkin besar akan terjadi. Membuka pikiran secara global merupakan salah satu kunci organisasi yang mampu beradaptasi. Dalam era digital, organisasi mesti adapatif dengan perkembangan dan tren ICT yang ICT terus berkembang dan lebih menujukkan kinerjanya yang lebih canggih. Selain itu, manajer/pimpinan organisasi mesti respon terhadap perubahan kebutuhan manusia baik secara individu maupun secara kelompok. Kebutuhan manusia dalam era digital sangat berbeda dengan kebutuhan yang pernah digambarkan oleh Abraham Maslow, Need Theory yang berlaku secara hirarki. Sementara, dalam era digital kebutuhan manusia lebih kompleks dan berlaku secara simultan. Disinilah kemudian, para manajer/pimpinan organisasi hari ini perlu memiliki pemahaman dan wawasan yang lebih dan secara terus-menerus beradaptasi dengan merespon segala bentuk perubahan.
Buku ini sesungguhnya dimaksud untuk memberikan pemahaman dan wawasan kepada para pembaca bahwa telah terjadi pergeseran peradaban dan pergeseran generasi. Antara pergeseran peradaban manusia dan pergeseran generasi memiliki titk singgung. Titik singgung tersebut dipertemukan dengan muncul dan berkembangnya ICT, yang memunculkan berbagai istilah dan konsep baru – ekonomi digital dan organisasi digital – yang harus direspon oleh semua organisasi, baik organisasi bisnis dan publik. ICT terus berkembang dan memunculkan tren-tren baru dalam bidang ICT dimasa depan. Organisasi yang sukses dan survive ketika mampu melakukan adaptasi. Buku ini tidak memberikan metodologi bagaimana melakukan transformasi digital secara detail. Metodologi transformasi organisasi digital secara detail dijelaskan dalam buku yang lain.
Item Type: | Book |
---|---|
Keywords: | organisasi; adaptif; era digital |
Divisions: | Faculty of Economics > Department of Management |
Depositing User: | Slamet Slamet |
Date Deposited: | 26 Apr 2022 10:49 |
Downloads
Downloads per month over past year
Origin of downloads
Actions (login required)
View Item |