Peminggiran perempuan berkebutuhan khusus di Madura: potret kemiskinan secara fisik, psikologis, dan budaya

Amalia, Sulfi, Yudhawat, Dian, Mahmudah, Siti and Shinta, Arundati (2016) Peminggiran perempuan berkebutuhan khusus di Madura: potret kemiskinan secara fisik, psikologis, dan budaya. Presented at Seminar Nasional Psikologi 2016 :“Empowering Self”, 2 Apr 2016, Semarang, Indonesia.

[img]
Preview
Text
13191.pdf - Published Version

Download (57kB) | Preview

Abstract

Tujuan dari esai ini adalah untuk mendeskripsikan tentang peminggiran perempuan berkebutuhan khusus yang merupakan potret kemiskinan dari segi fisik, psikis, dan budaya, terutama budaya Madura. Perempuan berkebutuhan khusus tersebut adalah perempuan dengan kecenderungan retardasi mental. Di Madura, anakanak perempuan cenderung didorong untuk menikah muda. Hal ini terlihat dari tingginya gejala pertunangan antar remaja. Orangtua di Madura merasa sangat malu apabila anak perempuannya yang sudah akil baliq belum mempunyai pasangan. Mereka tidak bisa menyombongkan diri pada saat hari raya tiba, yang mana remaja secara berpasang-pasangan akan berkunjung ke rumah kerabat. Menikah usia remaja merupakan kebanggaan secara sosial. Persoalan akan menjadi pelik ketika orangtua mempunyai anak perempuan yang mengalami retardasi mental. Anak perempuan seperti itu dianggap tidak bisa menjadi kebanggaan keluarga. Oleh karena dianggap sebagai aib, maka anak perempuan tersebut terbiasa menerima siksaan fisik dan ejekan dari keluarga dan tetangga. Setelah beranjak usia remaja, perempuan berkebutuhan khusus itu menerima pelecehan seksual dari remaja laki-laki di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini karena perempuan itu tidak akan mampu bersaksi di depan penegak hukum. Ketika hamil, maka orangtua memaksanya untuk menikah siri dengan sembarang laki-laki, demi menyelamatkan muka keluarga. Situasi semakin menyedihkan karena perangkat desa dan tokoh desa juga tidak mempedulikan nasib warga yang terpinggirkan ini. Ini adalah sebuah potret kemiskinan di Madura, yang mana anak perempuan berkebutuhan khusus dianggap sebagai beban, sehingga dianggap layak bila ia menerima berbagai kekerasan secara fisik, sosial, dan psikhis. Hukum dan perangkat sosial belum mampu menyelamatkan perempuan yang terpinggirkan ini

Item Type: Conference (Paper)
Keywords: peminggiran perempuan; berkebutuhan khusus; kemiskinan
Divisions: Faculty of Psychology
Depositing User: Siti Mahmudah
Date Deposited: 12 Apr 2023 13:19

Downloads

Downloads per month over past year

Origin of downloads

Actions (login required)

View Item View Item