Semiotika hadis: Upaya memahami hadis Nabi dengan semiotika komunikasi Umberto Eco

Afwadzi, Benny (2014) Semiotika hadis: Upaya memahami hadis Nabi dengan semiotika komunikasi Umberto Eco. Masters thesis, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img] Text
Tesis.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (675kB)

Abstract

Penelitian ini pada dasarnya dilatabelakangi oleh adanya ‘ketimpangan keilmuan’ dalam aspek pemakaian semiotika antara al-Qur’an dan hadis Nabi. Padahal ilmu ini telah cukup lama dibahas di Perguruan Tinggi Islam, yang umumnya dikaji bersama hermeneutika. Dalam konteks ini, para pengkaji teks lebih menyukai untuk membawa semiotika pada kajian-kajian al-Qur’an dibandingkan hadis. Atau dengan kata lain, kajian tentang ‘semiotika hadis’ terlihat kurang mendapatkan atensi yang memadai di lingkungan akademis. Fenomena seperti ini adalah masalah dan harus dicarikan solusinya, sebab sebenarnya dalam hadis juga terdapat banyak sekali tanda-tanda yang menarik untuk dilihat dengan kacamata semiotika.

Menyikapi hal tersebut, penelitian ini diarahkan sebagai solusi atas salah satu masalah yang menimpa keilmuan hadis itu dengan menggunakan semiotika komunikasi Umberto Eco, salah seorang ahli semiotika asal Italia, untuk memahami hadis Nabi. Berbekal dari hal itu, maka penelitian ini hendak menjawab empat persoalan sekaligus, yaitu pertama, apa saja argumentasi posibilitas penggunaan semiotika dalam memahami hadis Nabi?; kedua, bagaimana konstruksi metodologi pemahaman hadis Nabi berbasis semiotika komunikasi Umberto Eco?; ketiga, bagaimana bentuk aplikasi metodologi pemahaman hadis Nabi tersebut?; dan keempat, apa saja implikasi pemakaian metodologi pemahaman hadis Nabi tersebut dalam studi hadis?

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yang didasarkan atas karya Eco, A Theory of Semiotics serta beberapa karya Eco lainnya seperti The Limits of Interpretation dan Role of the Reader sebagai objek formal. Sedangkan objek materialnya adalah empat hadis, yaitu hadis tentang keutamaan niat, hadis tentang dosa-dosa besar, hadis mengenai kepemimpinan suku Quraisy, dan hadis tentang larangan berpindah agama. Adapun metode yang diusung dalam penelitian ini adalah metode interpretatif, yang dalam semiotika memfokuskan tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode (decoding) di balik tanda dan teks tersebut.

Penelitian ini menemukan paling tidak ada tiga argumentasi posibilitas semiotika dalam kajian pemahaman hadis, yaitu pertama, ternyata ‘semiotika’ telah dipakai oleh sarjana klasik dalam memahami hadis. Maksud kata ‘semiotika’ dalam konteks ini adalah prinsip-prinsip penggunaannya. Kedua, hadis adalah bahasa, dan bahasa adalah tanda. Ketiga, sebagai pengembangan studi hadis di era sekarang. Kemudian, dengan bekal teori semiotika komunikasi yang telah dijabarkan oleh Umberto Eco, peneliti berhasil merancang jalur ‘semiotika komunikasi hadis’, yang di dalamnya mencakup metode pemahaman hadisnya. Jalur semiotika komunikasi hadis tersebut adalah source (Nabi), message I (redaksi otentik Nabi), transmitter (para periwayat hadis), signal I (berbagai redaksi hadis secara verbal), channel (berbagai kitab hadis), signal II (berbagai redaksi hadis secara tertulis), receiver (nalar riwayah hadis), message II (redaksi tunggal hadis), dan destination (nalar semiotis). Metode pemahaman hadis terdapat dalam komponen destination yang melaksanakan metode unlimited semiosis untuk menemukan final logical interpretant. Satu hal lagi yang penting dalam konsep yang dibangun di sini adalah, bahwa dalam channel tersimpan noise (gangguan) dalam komunikasi berupa transformasi dari bahasa lisan ke dalam bahasa tulis, yang bisa berakibat pada adanya distorsi makna.

Peneliti lantas mengaplikasikan konsep tersebut pada hadis-hadis yang dipakai sebagai objek material. Pertama, hadis tentang niat, dengan redaksi Innama> al-A‘ma>lu bi al-Niyyah, yang menciptakan jalinan interpretant sebagai berikut: “Tindakan manusia tidak boleh meninggalkan niat”; “Pencalonan presiden adalah tindakan manusia yang perlu niat”; “Bersih hati adalah bagian dari niat yang baik”; dan “Calon presiden harus bersih hatinya”. Kedua, hadis tentang dosa-dosa besar, dengan redaksi al-Syirku billa>h, yang memunculkan untaian interpretant: “Menduakan Tuhan”; “Tuhan terkalahkan”; “Materi bisa mengalahkan Tuhan”; dan “Menuhankan materi”. Ketiga, hadis tentang suku Quraisy, dengan redaksi Quraisy, yang menciptakan jalinan interpretant: “Kemampuan memimpin”; “Peduli pada rakyat”; dan “Tidak korupsi”. Keempat, hadis mengenai mengganti agama, dengan redaksi faqtulu>hu, yang menimbulkan jalinan interpretant sebagai berikut: “Beri dia kebijakan”; “Berikan dia saran”; dan “Hormati dia”. Adapun dengan adanya aplikasi metodologi ini menimbulkan paling tidak empat implikasi positif dalam studi hadis, yaitu pertama, memusnahkan truth claim; kedua, mempertajam pemahaman terhadap teks hadis; ketiga, memberikan pemahaman kajian hadis pada tradisi keilmuan lain; dan keempat, menyadarkan arus transmisi hadis yang begitu panjang.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies
Divisions: Faculty of Tarbiyah and Teaching Training > Department of Islamic Education
Depositing User: Benny Afwadzi
Date Deposited: 03 Feb 2016 17:07

Downloads

Downloads per month over past year

Origin of downloads

Actions (login required)

View Item View Item