Rahmawati, Erik Sabti, Zuhriah, Erfaniah, Zaman, Jamrud Qomaruz, Mafaz, Fina Al and Samudin, Siti Aisyah (2024) Using case broker instead of mediator in tribunal process: Case study in marriage law. Petita: Jurnal Ilmu Hukum dan Syariah, 9 (2). pp. 742-761. ISSN 2502-8006; 2549-8274
Text
22341.pdf - Published Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (335kB) |
Abstract
ENGLISH
A divorce broker is a person who provides services to process a divorce certificate in a religious court until it is finalised without even the presence of the plaintiff or defendant and is usually absent in tribunal process called verstek. This causes mediation, which is mandatory in religious courts, to become dysfunctional because one of the parties is not in good faith. This research is an empirical legal research study with a sociological approach. The data collection method is obtained by interview and observation. While the data analysis used is descriptive analytical. The results of this study are as follows; 1) The factors behind the use of divorce broker services are the distance from the religious court, the lack of understanding of the law, the plaintiff working abroad, and the less than optimal role of mediation that takes place in the family and community. 2) The number of divorce case brokers that affect the mediation process in Satjipto Rahardjo's responsive law perspective does not reflect the eastern culture that always prioritises the values of brotherhood, humanity and deliberation. 3) The solution to minimise the rise of divorce case brokers is to optimise the role of the Office of Religious Affairs which is closer to the community so that it becomes a place for families to complain and optimise advocacy for marriage law. However, the role of divorce case brokers is still considered important if these factors have not been resolved, but mediation needs to be optimised as a first step.
INDONESIA
Makelar kasus perceraian merupakan orang yang menyediakan jasa pengurusan akta perceraian di pegadilan agama sampai jadi tanpa kehadiran penggugat maupun tergugat sekalipun dan biasanya bersifat verstek. Hal ini menyebabkan mediasi yang menjadi keharusan di pengadilan agama menjadi tidak berfungsi karena salah satu pihak tidak beri’tikad baik. Penelitian ini merupakan penelitian penelitian hukum empiris dengan pendekatan sosiologi. Adapun metode pengumpulan data diperoleh dengan wawancara dan observasi. Sedangkan analisis data yang digunakan ialah deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini ialah sebagai berikut; 1) Faktor yang melatarbelakangi banyaknya penggunaan jasa makelar kasus perceraian ini ialah jarak yang jauh dari pengadilan agama, kurangnya tingkat pemahaman tentang hukum, penggugat bekerja di luar negeri, dan masih kurang optimalnya peran mediasi yang berlangsung di lingkungan keluarga maupun masyarakat. 2) Banyaknya makelar kasus perceraian yang berpengaruh pada proses mediasi ini dalam perspektif hukum responsif Satjipto Rahardjo tidak mencerminkan budaya ketimuran yang selalu mengedepankan nilai-nilai persaudaraan, kemanusiaan, dan musyawarah. 3) Solusi guna meminimalisir maraknya makelar kasus perceraian tersebut ialah mengoptimalkan peran Kantor Urusan Agama yang lebih dekat dengan masyarakat sehingga menjadi tempat keluarga untuk berkeluh kesah dan optimalisasi advokasi hukum perkawinan. Namun, peran jasa makelar kasus perceraian ini masih dianggap penting jika faktor-faktor tersebut belum terselesaikan, tetapi perlu dioptimalkan terlebih dahulu mediasi sebagai langkah awal.
Item Type: | Journal Article |
---|---|
Keywords: | divorce broker; tribunal process; marriage law; perantara perceraian; proses pengadilan; hukum perkawinan |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law |
Divisions: | Faculty of Sharia and Law > Department al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | MA. Erik Sabti Rahmawati |
Date Deposited: | 10 Dec 2024 15:48 |
Downloads
Downloads per month over past year
Origin of downloads
Actions (login required)
View Item |