Arfan, Abbas (2017) Tipologi multiakad dalam produk fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia perspektif teori dan batasan multiakad al ‘Imrani. Ulul Albab, 18 (2). pp. 269-292. ISSN 2442-5249
|
Text (full text)
2376.pdf - Published Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (386kB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Teori multiakad atau hibryd conctracts (al ‘uqud al murakkabah) adalah salah satu teori baru dalam perkembangan hukum Islam kontemporer. Diantara akademisi yang melakukan kajian tentang multiakad perspektif fikih adalah Abdullah bin Muhammad bin Abdullah al ‘Imrani. Beberapa produk fatwa DSN-MUI juga menggunakan teori multiakad ini. Jenis penelitian ini adalah kualititatif dengan metode deskriptif-kualititatif dan deskriptifkuantitatif, teknik pengambilan datanya dengan kajian pustaka untuk meneliti tipologi multiakad dalam fatwa-fatwa DSN-MUI perspektif teori multiakad al ‘Imrani dan batasan-batasannya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) dari lima tipologi multiakad perspektif teori multiakad al‘Imrani hanya terdapat dua jenis multiakad dalam fatwa hanafiyah berjumlah 7 atau 31,8%) dan yang kedua; mujtami’ah (berjumlah 15 atau 8,2%), sedangkan multiakad ketiga; tanafiyah, keempat; ukhtalifah, dan kelima; mutajanisah masing-masing berjumlah 0,artinya tidak ada sama sekali (0%) multiakad dengan tiga tipologi tersebut; 2) adapun tipologi multiakad dalam fatwa DSN-MUI itu perspektif batasan-batasan multiakad al ‘Imrani adalah seluruh multiakad yang ada tidak bertentangan dengan batasan multiakad al ‘Imrani, sehingga dibolehkan menurut syara’, namun ada beberapa alternatif multiakad dalam produk fatwa yang tergolong syubhat, bahkan bisa terjerumus ke dalam riba,seperti transaksi Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) terutama dalam dua opsi multiakad, yaitu: wakalah-murabahah dan wakalah-qardh.
ENGLISH:
Multi-contract theory or hibryd contracts (al ‘uqud al murakkabah) is one of the new theory in contemporary Islamic jurisprudence and among academicians who did a study about the multi-contract in fiqh perspective is Abdullah bin Muhammad bin Abdullah al ‘Imrani. Some fatwa products of NSB-IUC also used this multi-contract theory. This research type is qualitative with descriptivequalitative and descriptive-quantitative method, the retrieval data echnique with a literature review to research multi-contract typology in NSB-IUC fatwas perspective al ‘Imrani multi-contract theory and its limits. The conclutions of this research are: (1) among five typology multi-contract perspectives al ‘Imrani multi-contract theory only found two kinds of multi-contract in NSB-IUC’s fatwas, which are first; mutaqabilah (totalled by 7 or 31.8%) and second; mujtami’ah (totalled bt 15 or 68.2%), while third mutanafiyah), fourth (mukhtalifah), and fifth (mutajanisah) each of them are 0, which means no (0%) multi-contract with those three typologies; (2) as for multi-contract typology in NSB-IUC’s fatwas, it is al ‘Imrani multi-contract perspective limits which means all multi-contract does not contradict al ‘Imrani multi-contract limits, therefore it is allowed by Sharia, but there are some alternative multi-contract in fatwa products wich kind of doubtful (syubhat), moreover it could lead us to riba, like Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) transaction especially in two multi-contract options, which are: wakalah-murabahah and wakalah-qardh.
Item Type: | Journal Article |
---|---|
Keywords: | typology and multi-contract limitations; fatwa; National Sharia Boards of Indonesian Ulama Council (NSB-IUC) |
Subjects: | 12 BUILT ENVIRONMENT AND DESIGN > 1201 Architecture > 120109 Architecture of Building for Religious and Related Purposes > 12010902 Islamic Centre |
Divisions: | Faculty of Sharia and Law > Department of Sharia Business Law |
Depositing User: | yuyun lestari |
Date Deposited: | 07 Mar 2018 11:24 |
Downloads
Downloads per month over past year
Origin of downloads
Actions (login required)
View Item |