Rahardjo, Mudjia (2004) Bahasa dan kekuasaan: Studi wacana politik Abdurrahman Wahid dalam perspektif hermeneutika Gadamerian. Doctoral thesis, Universitas Airlangga.
|
Text (Summary)
RINGKASAN-DISERTASI.pdf Download (342kB) | Preview |
|
|
Text (Full text dissertation)
273.pdf - Accepted Version Download (3MB) | Preview |
Abstract
Pemerintahan Abdurrahman Wahid yang terpilih secara demokratik pasca Orde Baru, bukan hanya tidak berhasil mengentaskan Indonesia dari krisis multidimensional sejak pertengahan tahun 1997, tetapi juga gagal menciptakan stabilitas sosial politik sebagaimana diharapkan karena masa itu penuh persaingan dan pertikaian. Dalam konteks itu, para elit politik aktif menggunakan bahasa dan wacana (language and discourses) sebagai piranti persaingan dan pertikaian.
Dengan menerapkan perspektif hermeneutika, pertanyaan umum yang dijawab melalui penelitian ini adalah: apakah makna wacana politik Presiden Abdurrahman Wahid dalam perspektif hermeneutika Gadamerian? Secara lebih spesifik rumusan masalah yang diajukan adalah apakah makna wacana politik Abdurrahman Wahid bagi para pesaing politiknya?
Temuan penelitian ini mendukung tesis dasar Gadamer bahwa tidak bisa ada pemahaman tunggal terhadap suatu wacana. Bagi masyarakat interpretif yang berbeda kepentingan, produsen wacana benar-benar telah mati (the author is dead). Memang benar bahwa bahasa bisa digunakan sebagai piranti pemerolehan dan pelanggengan kekuasaan, tetapi diprasyarati oleh kesamaan kepentingan antara produsen wacana (the author) dan khalayak penafsirnya (its interpreter).
Persoalan pemanfaatan wacana untuk kepentingan kekuasaan tidak sesederhana seperti sering diproposisikan. Ketika politik wacana ditujukan terhadap masyarakat penafsir yang beberda kepentingan, dia bisa memberikan akibat yang berlawanan, karena wacana tersebut akan diolah oleh masyarakat penafsirnya sehingga tampak sebagai penipuan melalui bahasa. Ungkapan apa pun yang digunakan sebagai inti suatu wacana, bisa dipahami secara berbeda oleh masyarakat penafsir yang memiliki sejarah berbeda. Konflik, baik antarelit maupun antara elit dengan massa, bisa dipahami sebagai cermin rendahnya fusi horison antarmereka.
Akhirnya, sejauh menyangkut substansi tentang pemaknaan, temuan-temuan penelitian ini memang mengukuhkan tesis Gadamer. Namun demikian, berkenaan dengan metodologi kajian, pendekatan Gadamer tidak memberi protokol analisis yang operasional. Oleh karena itu, diperlukan keberanian berspekulasi secara metodologik bagi peneliti yang bermaksud menggunakan pemikirannya sebagai perspektif teoretik suatu penelitian.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Keywords: | hermeneutika; hermeneutika Gadamerian; elit politik; bahasa; kekuasaan; wacana politik |
Subjects: | 20 LANGUAGE, COMMUNICATION AND CULTURE > 2004 Linguistics > 200405 Language in Culture and Society (Sociolinguistics) > 20040599 Language in Culture and Society (Sociolinguistics) not elsewhere classified |
Divisions: | Faculty of Humanities > Department of English Language and Letters |
Depositing User: | Rahardjo Mudjia |
Date Deposited: | 16 Mar 2016 12:53 |
Downloads
Downloads per month over past year
Origin of downloads
Actions (login required)
View Item |