Prinsip pembelajaran bahasa Arab dalam telaah filsafat bahasa

Rosyidi, Abdul Wahab (2017) Prinsip pembelajaran bahasa Arab dalam telaah filsafat bahasa. In: Filsafat pembelajaran bahasa: Perspektif strukturalisme dan pragmatisme. Naila Pustaka, Yogyakarta, pp. 1-368. ISBN 978-602-1290-43-9 UNSPECIFIED : UNSPECIFIED.

[img] Text
5905.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (7MB)

Abstract

Bahasa dan filsafat merupakan dua hal yang tidak mungkin terpisahkan. keduanya seperti dua sisi mata uang yang senantiasa bersatu dan bersama, utamanya dalam pengertian, bahwa tugas filsafat adalah menganalisa konsep-konsep, dan konsep-konsep tersebut terungkapkan melalui bahasa, maka analisis tersebut tentunya berkaitan dengan makna bahasa yang digunakan dalam mengungkapkan makna-makna tersebut. Sebagaimana contoh problem filsafat yang menyangkut pertayaan; keadilan, kebaikan, kebenaran, hakekat ada, dan pertayaan-pertayaan lain yang bersifat fundamental. Objek material filsafat bahasa adalah bahasa itu sendiri secara umum, sedangkan objek formalnya adalah sudut pandang atau pandangan umum yang menyeluruh terhadap objek materialnya dilihat dari perspektif falsafati (ontologi, epistemologi, dan aksiologi).

Hadirnya filsafat bahasa dalam ruang dunia filsafat dapat dikatakan sebagai suatu hal yang baru. Istilah ini muncul bersamaan dengan kecenderungan filsafat abad ke 20 yang bersifat logosentris. Dimana banyak para filosof yang memandang “bahasa” sebagai objek pemikiran mereka sebagaimana tersebut di atas. Jika bahasa dimengerti dalam arti luas, yaitu dalam arti teks, atau jalinan struktur-struktur, maka kita akan mendapatkan banyak filosof yang digolongkan sebagai yang memiliki logosentrisme. Sebut saja Moore dan Russel dari kelompok yang mengembangkan filsafat Analitik, Heidegger dan Jasper yang mengembangkan fisafat Eksistensialisme, Merleau Ponty yang mengembangkan Fenomenologi, Claude Levi-Strauss, Jacques Lacan dan Michel Foucault , serta didalamnya adalah Ferdinand de Saussure dan Noam Chomsky yang mengembangkan fisafat Strukturalisme.

Dalam pandangan strukturalisme, bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (sistem of relation). Elemen-elemennya seperti bunyi, kata, saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk sistem tersebut. Sebagaiaman tersebut di atas, bahwa Ferdinand De Saussure (1857-1913) adalah pelopor strukturalisme. Hal ini terlihat dalam buku yang tidak pernah ditulisnya, namun berkat kegigihan beberapa mahasiswanya, mereka mengumpulkan bahan-bahan kuliah yang disampaikan Saussure kemudian akhirnya menerbitkannya dalam sebuah buku setelah tiga tahun meninggal dunia, yaitu pada tahun 1916 dengan judul “Cours de Linguistique Generale”.

Strukturalisme seperti yang dikembangkan Saussure mengambil prinsip-prinsip paham positivisme yang mensyaratkan para ahli untuk melekatkan pada sekumpulan data dalam kegiatan penelitiannya. Olehnya itu strukturalisme tidak begitu mementingkan makna yang ada dalam pikiran pengguna bahasa karena tidak bersifat empirik. Menurut aliran ini makna tidak perlu dianalisis secara mendalam tetapi cukup dianalisis sebatas memperkuat bentuk bahasa.
Pandangan berbeda dikemukakan aliran pragmatisme, dimana kemunculan aliran ini dipelopori oleh Charles Sanders Peirce (1839-1914) seorang filosof asal Amerika. Bagi seorang pragmatisme, makna atau kebenaran suatu pernyataan yang diungkapkan sangat tergantung pada ukuran apakah pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu memiliki konsekuensi-konsekuensi praktis dalam tingkah laku. Makna tidak lagi dipandang sebagai hal yang bersifat statis, melainkan bersifat dinamis, dan memberikan reaksi terhadap dirinya sendiri. Makna yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan sendirinya akan berubah jika seseorang berbuat sesuai dengan makna tersebut.

Hasil pemikiran filosof mengenai hakikat bahasa mempunyai signifikansi dan konsekuensi pada proses belajar dan mengajar bahasa (Arab), seperti pada bentuk penyusunan dan pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa (Arab), bukan hanya pada penetapan tujuan, akan tetapi juga pada keterampilan serta materi yang diajarkan serta segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung, seperti pendekatan, metode, media, evaluasi, lingkungan. Sebagaimana yang dipahami dalam lingkup yang sempit yaitu berkenaan dengan kurikulum yang terprogram (programed curriculum) maupun konsep kurikulum yang luas yang mencakup juga kurikulum yang tidak terprogram (hidden curriculum).

Pikiran-pikiran yang ada dalam tulisan ini layak untuk menjadi bahan renungan bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia pembelajaran bahasa, baik sebagai penentu kebijakan pembelajaran bahasa, perancang kurikulum pembelajaran bahasa, pelaksana kurikulum bahasa, dan evaluator pembelajaran bahasa di tanah air. Dalam buku ini diungkapkan berbagai pandangan filosof tentang hakekat bahasa, fungsi bahasa, dan hakekat makna bahasa. Pandangan-pandangan tersebut dapat mempengaruhi dalam menentukan kurikulum, pendekatan pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran, metode pembelajaran, dan alat ukur evaluasi pembelajaran. Metode pembelajaran yang ada sekarang baik yang of to date atau up to date, merupakan hasil kajian yang mendalam oleh para filosof.

Al hasil, memahami filsafat pembelajaran bahasa dalam rangka untuk menghadirkan dan memberikan secercah sinar harapan dalam memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan pembelajaran bahasa “Arab” di negeri ini, sangat bermakna bagi para pelaku pembelajaran bahasa “Arab”.

Item Type: Book Section
Keywords: Filsafat Bahasa
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2203 Philosophy > 220313 Philosophy of Language
Divisions: Faculty of Tarbiyah and Teaching Training > Department of Arabic Language Education
Depositing User: Abdul Wahab Rosyidi
Date Deposited: 10 Jun 2020 15:27

Downloads

Downloads per month over past year

Origin of downloads

Actions (login required)

View Item View Item