Wargadinata, Wildana ORCID: https://orcid.org/0000-0001-7972-0462 and Fitriani, Laily (2018) Sastra Arab masa Jahiliyah dan Islam. UIN Maliki Press, Malang. ISBN 978-602-1190-93-7 UNSPECIFIED : UNSPECIFIED.
|
Text
7856.pdf - Published Version Download (1MB) | Preview |
Abstract
Menjelang kenabian Muhammad, orang-orang Mekah dan bangsa Arab pada umumnya tidak memiliki apapun yang bisa dipakai sebagai acuan pewahyuan kecuali bahasa Arab mereka, serta kesusastraan tingkat tinggi yang telah mereka kembangkan. Bahasa Arab memiliki kapasitas besar untuk mengekspresikan beragam pengalaman hidup, dan mereka juga telah menciptakan kata-kata untuk mengekspresikan setiap realitas.
Puisi merupakan diwan Arab (kumpulan) yang melestarikan kebesarannya, mencatat mencatat berbagai hal tentang keturunan , tata krama, adat istiadat, agama, peribadatan, keilmuan dan peristiwa-peristiwa serta mempertajam semangat kepahlawanan dalam jiwanya. Masing-masing suku memiliki satu orang penyair atau lebih yang mampu memperjuangkan keagungan sukunya dan memperkuat kebesarannya serta mempertahankannya. Dahulu para sastrawan menggunakan syair Arab jahiliyah untuk memahami berbagai perang dan memahami kepahlawanan, kedermawanan dan kelicikan yang digunakan untuk menciptakan puisi madah dan hija’.
Para penyair pada zaman jahiliyah mewakili kelas terdidik (intelegensia), karena syair dalam bahasa Arab memiliki arti al-‘Ilm (pengetahuan); dikatakan Laita Syi’ri berarti Laita ‘ilmi (semoga ilmuku) dan Asy’arahu ibn al-Amr berarti A’lamahu (memberitahukan suatu persoalan), oleh karena itu, asy-Sya’ir berarti al-‘Alim (orang yang mengetahui), yakni orang yang mengetahaui sesuatu yang tidak diketahui.
Para penyair di mata orang Arab pada zaman jahiliyah menempati posisi para Nabi bagi para umatnya. Mereka dinamakan asy-Sya’ir yang berarti al-‘Alim dan al-Hakim (yang pandai dan bijaksana)”. Oleh karena itu, munculnya para penyair di kalangan suku dapat digolongkan sebagai suatu peristiwa penting, dimana perayaan dilakukan untuknya. Orang Arab memandang syair dengan pandangan penuh kebanggaan, bahkan barangkali sampai pada tingkat kesakralan. “pada waktu-waktu tertentu mereka hanya melantunkan puisi ketika dalam keadaan berwudhu sebagaimana menyenandungkan qasidah al-multamis (kasidah doa) yang berkofiah mim, sebagaimana dalam cerita bahwa Amr ibn Hanad melarang Haris ibn Hulzah melagukan qasidah al-hamziah (kasidah yang berkofiah huruf Hamzah) kecuali dalam keadaan berwudhu”.
Buku ini mencatat berbagai hal tentang puisi dan prosa Arab sejak zaman Jahiliyah sampai masa Islam. Semoga karya agung sastra Arab ini semakin banyak dikenal dan dapat memberi inspirasi dan pencerahan bagi para pembaca.
Item Type: | Book |
---|---|
Keywords: | sastra Arab; Jahiliah; Islam |
Subjects: | 20 LANGUAGE, COMMUNICATION AND CULTURE > 2005 Literary Studies > 200527 Arabic Literature (al-Adab al-‘Arabī) > 20052799 Arabic Literature (al-Adab al-‘Arabī) not elsewhere classified |
Divisions: | Faculty of Humanities > Department of Arabic Language and Letters |
Depositing User: | Prof. Dr. Wildana Wargadinata, Lc., M.Ag |
Date Deposited: | 22 Feb 2021 16:58 |
Downloads
Downloads per month over past year
Origin of downloads
Actions (login required)
View Item |