Pembentukan Karakter Melalui Belajar Bahasa dan Budaya Ma’had Di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Tharaba, M. Fahim ORCID: https://orcid.org/0000-0003-3144-4221, Yaqien, Nurul and Fattah, Abdul ORCID: https://orcid.org/0000-0003-4144-4487 (2019) Pembentukan Karakter Melalui Belajar Bahasa dan Budaya Ma’had Di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Research Report. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. (Unpublished)

[img] Text
9174.pdf
Restricted to Registered users only

Download (777kB)

Abstract

Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk (al-Tin; 3), karenanya Allah memerintahkan untuk menyeru manusia kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik (al-Nahl; 125), dan hendaknya diantara umat manusia yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar (Ali Imran; 104), karenanya manusia diperintahkan meluruskan dirinya pada agama Allah yang lurus, yaitu fitrah Allah yang telah ditetapkan Allah kepada manusia (al-Rum; 30). Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik termaktub dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 31 dan Surat al-Alaq ayat 1-5; dan manusia sebagai makhluk mendidik termaktub Al-Qur’an Surat Lukman ayat 13-20.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana konsep manusia pedagogik menurut al-Qur’an?; (2) Bagaimana konsep manusia pedagogik menurut Barat?; dan (3) Bagaimana integrasi konsep manusia pedagogik menurut al-Qur’an dan Barat?.
Penelitian Dasar Integrasi Ilmu, Konsep Manusia Pedagogik dalam Prespektif al-Qur’an dan Barat ini merupakan jenis penelitian bibliographic research dengan menggunakan pendekatan filosofis dan pendekatan implementatif. Philosophical Approach dipergunakan untuk meneliti dan mengkaji struktur ide-ide dasar serta pemikiran-pemikiran yang fondamental tentang konsep manusia pedagogik baik prespektif al-Qur’an atau Barat. Implementation Approach dipergunakan untuk mengkaji dan meneliti implementasi dari konsep manusia pedagogik baik prespektif al-Qur’an atau Barat. Analisis data yang dipergunakan sesuai dengan sifat penelitian bibliografic resarch adalah analisis isi (content analysis) terhadap makna dan substansi yang terkandung dalam keseluruhan pemikiran yang meliputi konsep manusia pedagogik baik prespektif al-Qur’an atau Barat.
Setelah Penelitian Dasar Integrasi Ilmu, Konsep Manusia Pedagogik dalam Prespektif al-Qur’an dan Barat ini dilakukan, diperoleh hasil, yaitu (1) Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik terdapat dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 31 dan al-Qur’an Surat al-Alaq ayat 1-5; sedangkan manusia sebagai makhluk mendidik terdapat dalam al-Qur’an Surat Lukman ayat 13-20. Adapun hakekat manusia menurut al-Qur’an, yaitu: (a) Al-basyar (البشر): Identik dengan materi. Disebutkan 35 X dalam al-Qur’an; (b) An-nas (الناس): Keturunan Nabi Adam as. Disebutkan 240 X dalam al-Qur’an; dan (c) Al-Ins (الإنس)/Al-Insan (الإنسان): Al-Ins (lawan dari binatang liar dan lawan dari jin) dan Al-Insan (makhluk mukallaf), disebutkan 65 X dalam al-Qur’an. Oleh karena itu, fungsi manusia mencakup, yaitu manusia dalam posisi sebagai Abdullah (عبد الله) (al-Qur’an surat adz-Dzariyat ayat 56 dan al-Qur’an surat Ali Imran ayat 83); dan manusia dalam posisi sebagai Kholifatullah (خلفة الله) (al-Qur’an surat al-An’am ayat 165). (2) Pandangan Barat yang diwakili oleh Lombrosso dan Schopenheuer menyatakan bahwa proses kependidikan sebagai upaya untuk mempengaruhi jiwa anak didik tidak berdaya merubahnya (nativisme); Sedangkan pandangan John Locke dan Skinner menyatakan bahwa jiwa anak sejak lahir berada dalam keadaan suci bersih bagaikan lilin (tabularasa) yang secara pasif menerima pengaruh dari lingkungan eksternal (behavioralisme). (3) Makna manusia dalam al-Qur’an bisa dicermati secara seksama yang dapat dijadikan pedoman bagi upaya memformat interaksi pendidikan yang proporsional dan ideal. Hal ini dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu : Pertama, pendekatan perkata. Ketika Allah menggunakan terma “al-basyar” dalam menunjuk manusia sebagai makhluk biologis, maka interaksi pendidikan yang ditawarkan harus pula mempu menyentuh perkembangan potensi biologis (fisik) peserta didik. Ketika Allah menggunakan terma “al-insan”, maka interaksi pendidikan harus pula mampu mengembangkan aspek fisik dan psikis peserta didik. Demikian pula ketika Allah menggunakan terma “al-nas”, maka interaksi pendidikan harus pula menyentuh aspek kehidupan sosial peserta didik. Kedua, pendekatan makna substansional. Ketika Allah menunjuk ketiga terma tersebut dalam memaknai manusia, Allah SWT secara proporsional. Allah telah memberikan kelebihan pada manusia dengan berbagai potensinya yang bersifat dinamis, disamping berbagai kelemahan dan keterbatasan manusia dalam menjalankan kehidupannya di muka bumi. Dengan berbagai potensi tersebut, manusia lebih unggul dan sempurna sesuai dengan tujuan penciptaannya dibanding dengan makhluk Allah yang lain. Dengan potensi dan kemuliaannya inilah menjadikan manusia sebagai manusia paedagogik, yaitu makhluk yang dapat dan perlu dididik, tanpa pendidikan, potensi yang dimiliki manusia tidak akan dapat berkembang secara maksimal. Dengan demikian, manusia dapat disebut sebagai homo educandum (makhluk yang dapat didik) dan homo education (makhluk pendidik). Dari paradigma ini, menyebabkan keeksistensian manusia sejak kelahirannya, atau dengan kata eksistensi manusia secara fithrawi disebut sebagai makhluk pedagogik, yakni; makhluk Tuhan yang sejak diciptakannya telah membawa potensi untuk dapat didik dan dapat mendidik. Dalam pandangan Islam, fitrah manusia adalah suatu potensi keagamaan yang terbawa sejak lahir dan potensi tersebut dapat bertumbuh dan berkembang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, seiring dengan proses pedagogis yang mengintarinya dengan melibatkan pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan non formal. Sedangkan dalam pandangan Barat, ditemukan dua kategori. Pertama, pandangan dengan paham nativisme yang menganggap bahwa fitrah manusia tidak dapat diubah melalui proses pendidikan. Kedua, pandangan dengan paham behaviorisme, yang menganggap bahwa fitrah manusia memungkinkan dapat berubah melalui proses pendidikan. Dengan memperbandingkan dan mempersandingkan pandangan Islam dan Barat tentang kedudukan manusia sebagai makhluk pedagogis, bermuara pada suatu implikasi bahwa pandangan Islamlah lebih sempurna. Alasannya, kefitrahan manusia menurut Islam adalah dinamis, sehingga tidak saja terbangun dalam paradigma behaviorisme, tetapi ia terbangun dalam paradigma empirisme dan juga nativisme.

Item Type: Research (Research Report)
Keywords: Manusia Pedagogik, al-Qur’an, dan Barat.
Divisions: Faculty of Tarbiyah and Teaching Training > Department of Islamic Education Management
Depositing User: Muhammad Fahim Tharaba
Date Deposited: 18 Aug 2021 23:34

Downloads

Downloads per month over past year

Origin of downloads

Actions (login required)

View Item View Item