Mukhlis, Akhmad (2023) Ketika anak-anak mulai “misuh”. detik.com, Jakarta.
|
Text
15402.pdf - Published Version Download (73kB) | Preview |
Abstract
Sederhananya, mengumpat adalah bahasa tabu. Mengumpat mengacu pada penggunaan istilah spesifik, bermuatan negatif, dan sering bermuatan emosional, yang tabu dalam bahasa/budaya tertentu dan karenanya memiliki potensi kuat untuk menyebabkan pelanggaran. Dari Roma kuno, zaman kerajaan, renaisans hingga hari ini, banyak hal yang kita dapat pelajari mengenai umpatan dan bagaimana hal yang dianggap tabu, bahasa, dan budaya berkembang.
Ahli bahasa dan ilmu kognitif University of California, Benjamin Bergen, menyebut bahwa bahasa tabu cenderung berputar di sekitaran agama samawi, mulai Yahudi, Kristen dan Islam. Istilah profanus (bahasa latin yang berarti di luar kuil) digunakan Bergen untuk menjelaskan fenomena ketika kata-kata yang dipilih untuk fungsi tertentu dilucuti dari maksud awalnya dan digunakan di luar konteks agama. Dalam bahasa inggris sendiri, kata-kata makian seperti holy, hell and goddamn dapat digunakan dan diubah menjadi umpatan.
Item Type: | Other |
---|---|
Keywords: | psikologi; mengumpat; reaksi emosional |
Subjects: | 13 EDUCATION > 1399 Other Education 16 STUDIES IN HUMAN SOCIETY > 1608 Sociology 17 PSYCHOLOGY AND COGNITIVE SCIENCES > 1701 Psychology |
Divisions: | Faculty of Tarbiyah and Teaching Training > Department of Islamic Early Childhood Education |
Depositing User: | Akhmad Mukhlis |
Date Deposited: | 14 Aug 2023 14:24 |
Downloads
Downloads per month over past year
Origin of downloads
Actions (login required)
View Item |